Kamis, 05 Oktober 2017

Pohon Suren





Suren (Toona sureni)

Pohon suren tergolong pohon besar dengan bentuk batang lurus bisa mencapai tinggi 40-60 m dengan tinggi bebas cabang 25 m dan diameter 100 cm. Suren merupakan salah satu komoditi kehutanan yang menghasilkan kayu bernilai ekonomi tinggi dan memiliki sifat kayu yang baik (Mandang dan Pandit, 1997).

Pohon suren memiliki nama yang berbeda di setiap daerah, diantaranya di daerah sunda disebut Kibeureum atau Suren, di daerah Kerinci disebut Ingu, di Madura disebut Soren, di Sumba disebut Horeni atau Linu. Di Halmahera orang mengenalnya dengan nama Huru. Kayu suren berbau harum sehingga tahan terhadap serangan rayap. Tanaman ini tumbuh pada daerah bertebing dengan ketinggian 600-2.700 mdpl dengan temperatur sekitar 22 ÂșC (Djam’an 2002).

Jenis suren di Indonesia       
Dalam Darmawanti (2003) menyatakan di Indonesia dikenal dua jenis genus Toona yaitu Toona sinensis dan Toona sureni. Kedua jenis tersebut sangat sulit untuk dibedakan. Tetapi jika dilihat secara jeli terdapat perbedaan pada daun dan buahnya. Tulang daun pada Toona sinensis terdapat bulu-bulu halus. Sedangkan pada Toona sureni tidak terdapat bulu-bulu halus. Buah dari Toona sinensis terdapat pada ujung ranting, sedangkan Toona sureni terdapat pada batangnya. Putri (2012) menyampaikan Jarak antar nodul pada T.sinensis antara  0,2 – 0,5 cm sedangkan jarak antar nodul pada T.sureni adalah antara  5 - 10 cm.
Deskripsi suren  (Toona sureni Merr)
Setiawati et al (2008) menyatakan suren yang memiliki nama daerah surian dan surian amba dari suku Meliaceae dan bangsa Sapindales memiliki ciri-ciri: tumbuh dengan tinggi 35 sampai 40 m dengan diameter hingga mencapai 100 cm, berbanir, permukaan kayu biasanya pecah-pecah dan berserpihan, keputihan, coklat keabu-abuan atau coklat muda dengan aroma kuat ketika ditebang. Sistematika tumbuhan jenis surian atau suren menurut Departemen Kehutanan (2002) diklasifikasikan kedalam:
Super Divisi :Spermatophyta
Divisi           :Magnoliophyta
Kelas            :Magnoliopsida
Sub Kelas     :Rosidae
Ordo             :Sapindales
Famili          :Meliaceae
Genus           :Toona
Spesies         :Toona sureni (Blume) Merr.     
 Pohon suren menyebar secara alami di Sumatera, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Maluku, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Papua. Sifat pohon suren dapat tumbuh baik di tempat-tempat terbuka dan mendapatkan cahaya langsung (<1200 m dpl). Pohon suren termasuk jenis yang tumbuh cepat, dengan batang lurus, bertajuk ringan, berakar tunggang dalam, dan berakar cabang banyak (Departemen Kehutanan, 2002).
Morfologi suren (Toona sureni Merr)
            Pohon  suren  memiliki  karakter  khusus  seperti  harum yang khas apabila bagian daun atau buah diremas dan pada saat batang dilukai atau ditebang. Suren merupakan jenis pohon intoleran yaitu suatu jenis pohon yang tidak mampu bertahan dibawah naungan (Siahaan et al, 2015). Dalam Djam’an (2002) menyampaikan ciri ciri dari pohon suren, yaitu :
1.       Batang
Bentuk batang lurus dengan bebas cabang mencapai 25 m dan tinggi pohon dapat  mencapai 40 sampai 60 m. Kulit batang kasar dan pecah-pecah seperti kulit buaya berwarna coklat. Batang berbanir mencapai 2 m.
2.       Daun
Daun pohon suren berbentuk oval dengan panjangnya 10-15 cm, letak daunnya duduk menyirip tunggal dengan 8-30 pasang daun pada pohon berdiameter 1-2 m.
3.       Bunga
Kedudukan bunga adalah terminal, dimana keluar dari ujung batang pohon. Susunan bunga membentuk malai sampai 1 meter.
4.       Buah
Musim buah 2 kali dalam setahun yaitu bulan Desember-Februari dan April-September, dihasilkan dalam bentuk rangkaian (malai) seperti rangkaian bunganya dengan jumlah lebih dari 100 buah pada setiap malai. Buah berbentuk oval, terbagi menjadi 5 ruang secara vertikal, setiap ruang berisi 6-9 benih. Buah masak ditandai dengan warna kulit buah berubah dari hijau menjadi coklat tua kusam dan kasar, apabila pecah akan terlihat seperti bintang.  
5. Benih
            Warna  benih  coklat,  panjang benih 3-6 mm, lebarnya 2-4 mm  dan pipih, bersayap pada satu sisi sehingga benihnya akan terbang terbawa angin. Berbunga 2 kali dalam setahun yaitu bulan Februari-Maret dan September-Oktober.
Penyebaran dan habitat suren
Jenis ini menyebar di Nepal, India, Bhutan, Myanmar, Indo-China, Cina Selatan, Thailand dan sepanjang Malaysia hingga barat Papua Nugini. Di Indonesia menyebar di Sumatra, Jawa, dan Sulawesi yang beriklim A-C (Schmidt dan Ferguson). Jenis ini dijumpai di hutan-hutan primer maupun sekunder, dan banyak tumbuh di hutan pedesaan (Djam’an, 2002).  pada  umur  12-15  tahun,  pohon  suren sudah dapat menghasilkan kayu (Sutisna et al, 1998) 

Pemanfaatan suren
        Pohon suren dapat dimanfaatkan hasil kayu maupun non kayunya, banyak literatur yang menjelaskan berbagai pemanfaatan bagian-bagian dari pohon suren,
pada berbagai daerah di Indonesia, diantaranya:
1.     Pengolahan kayu sebagai bahan baku pertukangan. Kholibrina (2009) menyatakan,  di Danau  Toba  kayu  suren  digunakan sebagai  bahan baku kapal kayu, perumahan, dan perabotan.
2.     Penyulingan. Sutisna et al (1998) menyatakan, kulit batang dan buah suren dapat disulingkan menjadi minyak essensial.
3.     Kulit dan akar pohon suren dapat dimanfaatkan untuk bahan baku obat diare, ekstrak daunnya dipakai sebagai antibiotik dan bioinsektisida, (Sutisna et al, 1998).
4.     Dalam Hua dan Edmons (2008) menjelaskan kulit batangnya dijadikan obat kelat dan penjernih, tepung dari akarnya digunakan sebagai penyegar dan diuretik, dan daun mudanya digunakan sebagai obat kembung.
5.     Kulit batang pohon suren sering digunakan petani di Jawa Barat untuk mengendalikan walang sangit pada tanaman padi (Prijono, 1999).
6.     Bagian kulitnya digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit, misalnya oleh suku Rejang Lebong (Bengkulu) untuk mules, suku Jawa untuk demam, suku Bali untuk kencing manis (diabetes mellitus) dan digunakan oleh suku Samawa (NTB) untuk menyembuhkan penyakit gondok (Sangat et al, 2000).
7.     Ekstrak daunnya memiliki aktivitas antibiotik terhadap Staphylococcus,
dengan  melaburkan ramuan ujung daun suren  pada luka yang mengalami
 pembengkakan (Hua dan Edmons, 2008).
8.     Suren dapat berfumgsi sebagai tanaman hias dan pengusir nyamuk dengan meletakkannya di ujung ruangan dalam rumah. Untuk penempatan diluar
ruangan, diletakkan di dekat pintu, kulit dan buahnya dapat digunakan sebagai minyak atsiri (Rauf, 2011).




Darmawati, F, D. 2002. Informasi Singkat Benih. Bogor: Balai Penelitian dan Pengembangan Tegnologi Pembenihan.

Departemen Kehutanan. 2002. Pedoman Pembuatan dan Pengukuran Petak Ukur Permanen (PUP) untuk Pemantauan Pertumbuhana dan Riap Hutan Alam Tanah Kering Bekas Tebangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta.
 

Djam’an, D, F. 2002. Balai Penelitian dan Pengembangan Teknologi Perbenihan. Peter Ochsner, IFSP. Bogor.

Hua dan J, Edmonds. 2008. Toona Meliaceae. Diakses dari http://hua.huh.harvard.edu/china/mss/volume11/Meliaceae.pdf. 11:114 [27 Maret 2017].
 

Mandang, V, I dan  Pandit. 1997. Pedoman Indentifikasi Jenis Kayu di Lapangan. Pusat Diklat Pegawai dan Sumber Daya Manusia Kehutanan. Yayasan PROSEA Indonesia. Bogor.
Kholibrina, C. 2009. [agronomia] Menanam Ingul/Suren. Diakses dari https;//mail-archive.com. Pada tanggal 24 Maret 2017. Pukul 16.30 WIB.


Putri, I, A  dan Jayusman. 2012. Inisiasi Tunas Aksiler Serta Kalus Toona sinensis dan Toona sureni Dengan Sumber Bahan Stek Cabang. Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan Vol 6 (3): 167 – 180.

Prijono, D. 1999. Penuntun Praktikum Pengujian Insektisida. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Rauf, A. 2011. Sistem Agroforestri: Upaya Pemberdayaan Lahan Secara Berkelanjutan. USU Press. Medan.

Sangat, H, M., E, A, M, Zuhud., E, K, Damayanti. 2000. Kamus Penyakit dan Tumbuhan Obat Indonesia (Etnofitomedika). Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Setiawati, W., R, Murtiningsih., N, Gunaeni Dan Rubiati, T. 2008. Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya Untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT): Agro Inovasi.


Siahaan A., Indriyanto., dan A, Setiawan. 2015. Densitas Pohon DEWASA dan Permudaan Pulai (Alstonia scholaris) dan Suren (Toona sureni) Dalam Blok Koleksi Tumbuhan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman. Jurnal Sylva Lestari ISSN 2339-0913 Vol. 3 (1): 91—102.

Sutisna, U., K, Titi., dan Purnadjaja. 1998. Pedoman Pengenalan Pohon Hutan di Indonesia (Seri Manual). Yayasan PROSEA. Bogor.
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar